BLOOD+, salah satu serial anime misteri-thriller/horor terbaik
Published January 18, 2009 Resensi Anime dan Manga , Resensi Film Serial 16 CommentsTags: anime, blood +
Sutradara: Junichi Fujisaku
Genre: Drama misteri, thriller, horror
Masa tayang di Jepang: Oktober 2005 – September 2006
Jumlah episode: 50 (tamat)
Sebenarnya aku sudah pernah menulis review tentang serial anime ini tahun lalu dengan bahasa Inggris dan sudah diposting entah dimana. Kali ini aku menulis ulang dengan bahasa Indonesia dan interpretasi berbeda. Maklumlah, ini merupakan salah satu serial anime terbaik yang pernah kutonton walaupun belum bisa dibandingkan dengan serial Evangelion yang luar biasa itu.
Alasan awal diproduksinya serial ini adalah booming-nya film animasi produksi tahun 2001 berjudul Blood: The Last Vampire yang mendapatkan berbagai macam award disetiap festival film yang diikutinya di seluruh dunia. Film ini memang mendapatkan kritik positif dari para pengamat film dunia termasuk James Cameron yang memuji film Blood: The Last Vampire sebagai standar baru dunia animasi. Hanya saja banyak juga kritik yang menganggap film ini “short length and lack of a conclusion”.
Tahun 2005 bertepatan dengan kedatanganku ke Jepang, serial anime BLOOD+ ditayangkan di televisi Jepang hingga berakhir di episode final tahun 2006. Serial ini mengambil tema dan beberapa karakter yang sama dengan versi filmnya dengan setting dunia yang berbeda. Serial anime BLOOD+ sendiri mendapatkan penghargaan dari Japanese Media Art Festival ke 9 sebagai salah satu anime yang direkomendasikan dengan garapan terbaik.
Aku sengaja menulis resensi cerita hingga episode ke 6 demi merangsang niat pembaca untuk menonton, karena episode selebihnya akan mulai menguak misteri dibalik cerita sedikit demi sedikit seiring dengan bertambahnya jumlah episode. Menu utama film ini adalah cerita dan misteri yang tersembunyi dibalik sosok tokoh utama yang bernama Saya Otonashi.
Setting cerita pada masa kini (tahun 2005) menceritakan tentang seorang anak SMU bernama Saya Otonashi yang tinggal bersama keluarganya di kota Okinawa yang berdekatan dengan Kadena, pusat pangkalan militer USA di Jepang. Saya dikenal orang sekitarnya mengidap penyakit amnesia (lupa ingatan) dan anemia sehingga wajib melakukan transfusi darah secara berkala. Keluarga Saya seluruhnya keluarga angkat, karena Saya sendiri tidak ingat sedikitpun tentang masa lalunya sampai George Miyagutsuku, seorang veteran perang Vietnam asal Amerika yang berkewarganegaraan Jepang, bersedia menampung Saya dan mengadopsinya sebagai anak.
Istri dan anak biologis George sendiri telah tiada akibat kecelakaan yang menimpa mereka bertahun-tahun yang lalu. Sebelum mengadopsi Saya, George terlebih dahulu telah mengadopsi dua bersaudara Kai Miyagutsuku dan Riku Miyagutsuku sebagai anak angkat. Jadilah Saya memiliki seorang ayah, seorang abang dan seorang adik lelaki.
Hidup Saya diawal episode terlihat menyenangkan terlepas dari perawatan penyakitnya serta mimpi buruk yang selalu membayangi tidurnya (dalam mimpinya ini Saya melihat seorang anak perempuan pada masa perang Vietnam membantai penduduk sipil, tentara dan monster). Punya ayah George yang mengasihinya, punya abang Kai yang sayang padanya walaupun sok protektif sebagai anak tertua, punya adik manja Riku yang suka masak dan teman-teman sebagaimana layaknya remaja dewasa di Jepang membuat hidup Saya serasa sempurna.
Hingga pada suatu hari Saya diserang monster mirip vampire yang dikemudian hari dikenal dengan nama Chiropteran. Ketika hampir celaka tiba-tiba muncul seorang misterius yang selalu membawa kotak Cello bernama Hagi menolong. Tapi Hagi hanya dapat membuat monster itu lumpuh tanpa bisa membunuhnya. Menurut Hagi, satu-satunya orang yang bisa bunuh Chiropteran hanya Saya sendiri. Saya tiba-tiba saja mendadak menjadi kalap dan dengan menggunakan katana (pedang samurai Jepang) yang dibawa oleh Hagi, Saya tanpa sadar membantai sang monster dengan sadis.
(Gambar kiri) Keluarga Miyagusuku, George, Kai, Saya dan Riku.
(Gambar kanan) Saya Otonashi bersama teman-teman seperjuangannya
Rupanya rahasia Saya dimasa lalu diketahui oleh ayah angkatnya, namun George tak mau memberi tahu Saya karena khawatir kalau anak angkatnya jadi terpukul dengan masa lalunya yang gelap. Tak lama kemudian George didatangi seseorang dari organisasi rahasia yang bernama Red Shield yang menagih janji karena Red Shield telah mempercayakan Saya kepada George untuk dipelihara. Tapi George terus menolak menyerahkan Saya kepada Red Shield dengan alasan Saya belum siap, hingga suatu ketika Saya kembali diserang monster dan George tewas terbunuh karena melindungi Saya. Dari sini cerita serial ini mulai panas.
Saya mulai sedikit demi sedikit mendapatkan ingatannya dan memulai perjalanan keliling dunia dari Jepang, Vietnam, Rusia, Perancis hingga klimaksnya di London dalam rangka memberantas monster Chiropteran dengan anggapan hanya dirinya seoranglah yang mampu membunuh Chiropteran. Masalahnya Kai sebagai abang tertua merasa bertanggung jawab atas keluarga setelah George tewas. Dia tidak mau Saya pergi berkeliaran memberantas monster sendirian, sedangkan si bungsu Riku yang masih SMP tentu saja tidak mau ditinggal 2 kakaknya.
Berbekal pedang katana yang dibawa Hagi, mulailah petualangan Saya bersama Kai dan Riku dibantu Hagi menyingkap masa lalunya yang suram, masa lalu Red Shield dan organisasi saingannya Cinq Fleches beserta rahasia gelap dibalik perseteruan antara Red Shield dan Cinq Fleches.
Serial anime ini memiliki segala macam aspek yang dituntut untuk menjadi anime keren yaitu gambar, musik, dan tentu saja paling penting yakni cerita bagus. Kekuatan utama serial anime ini adalah penyingkapan misteri yang secara bertahap dan rapi dibongkar pada tiap episode sehingga menimbulkan rasa penasaran penonton. Setelah melewati setengah musim (sekitar episode 30/50) hampir seluruh misteri telah terungkap, tinggal bagaimana cara penyelesaian kisah. Hal inipun tak kalah menarik untuk disaksikan. Thriller yang disajikan juga cukup menawan dimana ketegangan selalu muncul silih berganti untuk setiap story arc. Unsur dramanya sendiri sangat menyentuh. Dari hubungan antar keluarga Miyagutsuku, hubungan Saya dengan “saudaranya” yang bernama Diva, hubungan antara “Queen dan Chevalier” (yang ini tonton sendiri, takut spoiler), hingga hubungan Saya dengan anggota organisasi Red Shield. Hal unik lainnya adalah tokoh Diva. Diva yang didapuk sebagai antagonis utama justru memiliki penampilan paling manis, paling cute, paling menggemaskan dan paling innocence. Hehehe… sulit membayangkan penampilan Diva yang demikian justru terbalik dengan posisinya sebagai tokoh antagonis, unik bukan?
Theme song dan soundtrack Aku harus mengakui bahwa OST BLOOD+ termasuk salah satu OST serial anime terbaik yang pernah kudengar. Musik animenya sendiri digarap oleh langganan piala Oscar Hans Zimmer dan Mark Mancina menghasilkan musik indah dan menghanyutkan disepanjang film. Duet Zimmer-Mancina menghiasi serial ini dengan orkestra dan musik klasik termasuk permainan Cello oleh tokoh Hagi dan nyanyian opera tokoh Diva. Untuk opening dan ending theme song, Sony Music membentuk tim tersendiri untuk memilih artis dan lagu mereka. Hasilnya hampir seluruh theme song menjadi hits tangga lagu Oricon hingga pihak produser Production I.G. sendiri mengakui bahwa duet Zimmer-Mancina dan tim Sony Music melakukan pekerjaan hebat (excellent work) dalam menghadirkan musik untuk serial anime ini.
Sekedar pengetahuan saja kalau opening song diisi oleh lagu-lagu Rock menghentak dari Hitomi Takahashi, Hyde (vokalis L’arc en Ciel) hingga UVERworld, berkebalikan dengan ending song yang diisi oleh lagu-lagu Pop-Slow dari Angela Aki, Hajime Chiitose hingga Mika Nakashima.
Warning: Walaupun serial ini menampilkan gambar-gambar grafis yang indah, tapi banyak adegan kekerasan dan sadis yang penuh dengan darah muncrat disana-sini. Sebaiknya tidak ditonton oleh anak-anak.
Cerita: 4/5
Musik: 4.5/5
Total Rating: 4.25/5
About these ads Trailer berbahasa Inggris versi Cartoon Network
0 komentar:
Posting Komentar